Apel besar yang kita
laksanakan pada hari ini merupakan wujud nyata dalam upaya menjaga dan
memelihara kerukunan antar umat beragama, adat istiadat serta budaya dan
bahasa, dimana keanekaragaman tersebut tidak menjadi penghalang, bahkan
dianggap sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Hal itu diwujudkan di dalam
semboyan nasional Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” seperti yang terdapat dalam
lambang Negara Indonesia.
Hal itu diungkapkan
Bupati Way Kanan Hi. Raden Adipati Surya.SH.MM saat membacakan sambutan
Gubernur Lampung pada Apel Besar Kebhinekaan Cinta Damai yang berlangsung di
halaman kantor Bupati setempat, Rabu (16/11/2016).
Dikatakannya
kita
ketahui bersama, bangsa Indonesia terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa atau
golongan etnik, perbedaan suku, bahasa Agama, serta budaya, yang telah
terbentuk menjadi satu kesatuan yang utuh (NKRI), yang membentang dari Sabang
sampai Merauke. Keragaman tersebut berdiri tegak dalam lingkaran persamaan, dibawah naungan
satu Bendara Merah Putih, satu lagu kebangsaan: Lagu Indonesia Raya. Satu
bahasa : Bahasa Indonesia. Satu lambang Negara, yakni burung garuda yang
memiliki azas Pancasila, dan dipandu dengan seuntai kalimat bermakna agung,
“Bhineka Tunggal Ika” sebagai mottonya.
“Jika merujuk pada
asensi atau inti dari motto “Bhineka Tunggal Ika” hakekatnya mengandung
nilai-nilai nasionalisme, yaitu persatuan, kesatuan, serta kebersamaan untuk
satu niat dan tujuan yang terjalin erat oleh rasa persaudaraan. Sudah tentu,
keragaman yang terikat dalam Bhineka Tunggal Ika adalah aset yang paling
berharga bagi bangsa Indonesia yang mewujudkan cita-cita luhurnya, yakni menata
dan membangun bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang bermartabat yang mampu
berdiri sendiri: adil, makmur, damai dan sentosa,”Tambah Bupati Yang pernah
Menjabat sebagai ketua DPRD Way Kanan itu.
Perbedaan kelompok,
perbedaan pendapat dan pemikiran Lanjut Raden Adipati Surya , yang disebut
keragaman dalam demokrasi Indonesia, bisa menjadi penyakit mematikan yang merongrong bangsa Indonesia
dalam mewujudkan cita-cita luhurnya, dan akan menjadi bumerang yang memalukan
bagi paham serta kedemokrasiannya, jika perbedaan atau keragaman tersebut telah
saling berbenturan dan tidak lagi
mempriorotaskan kepentingan serta tujuan bersama yang dilandasi oleh rasa
persaudaraan, seperti yang terkandung dalam Bhineka Tunggal Ika.
“Mengakhiri amanat
pada apel besar kebhinekaan cinta damai yang kita laksanakan pada hari ini saya
mengajak dan menghimbau kepada seluruh peserta apel sekalian baik itu berupa
unsur pemerintahan, alim ulama, tokoh agama, dan para cendikiawan dan potensi
masyarakat lainnya marilah kita menjaga keharmonisan dalam mengisi kemerdekaan
serta membangun bangsa dan negara yang lebih bermanfaat,” Beber Raden Adipati
Surya
Pada Apel tersebut
tampak hadir Anggota Forkompimda, Wakil Bupati Way Kanan,Sekda, Staf Ahli, Para
Asisten, Kepala SKPD, Ketua MUI, Ketua FKUB, Tokoh Lintas Agama, Ketua DPD
Muhammadiyah, Ketua DPD LDII , Ketua MPAL Kabupaten Way Kanan, Para Ketua
Organisasi Kemasyarakatan Pemuda, Tokoh Masyarakat,Tokoh Agama, Tokoh Adat
Se-Kabupaten Way Kanan.
0 komentar:
Posting Komentar